Senin, 20 Juli 2015

Rp 200, IT IS NOT MY PROBLEM, IT IS YOUR PROBLEM



Berapa berartinya 200 rupiah? 2 minggu lalu saya dan istri kebetulan memiliki kesempatan berkunjung ke Bali, dalam satu kesempatan kami mampir ke salah satu minimarket didaerah Kuta.

Pada saat memasuki toko tersebut, terlihat seorang asing sedang menghitung uang. Saya tidak begitu memperhatikan sampai kami selesai berbelanja beberapa botol air mineral dan siap membayar dan ternyata pelanggan tersebut belum beranjak. Baru kami sadari bahwa ternyata berdasarkan hitungannya uang kembaliannya kurang 200 rupiah.

si kasir berusaha menjelaskan bahwa dia tidak memiliki kembalian 200 rupiah dan berharap pelanggan tersebut dapat memahaminya atau menerimanya, seperti pada umumnya kita pasti akan menerima dengan "lapang dada" atau "terpaksa" atau "tidak perduli". Akan tetapi response pelanggan tersebut cukup mengagetkan saya, karena dia ngotot dengan berkata "it is not my problem, it is your problem". Saya cukup kaget karena dalam hati, ngapain juga sich ngotot duit 200 perak, seperti kebiasaan kebanyakan kita juga diperlakukan seperti itu.



Dalam situasi yang agak aneh, si pelanggan asing tetap menuntut 200 rupiah, si kasir cuek saja sambil berlagak sibuk ngutak ngatik mesin kasir, dan ada satu pelanggan orang lokal yang mulai tidak sabar dan saya diurutan selanjutnya.

Karena kelihatan tidak akan berujung, akhirnya pelanggan lokal tersebut mencoba mencari-cari uang 200 rupiah dikantongnya untuk "menalangi" namun dia tidak memilikinya, begitu juga saya. Tak putus harapan dia keluar dari minimart tersebut. Beberapa detik kemudian kembali dengan uang 200 rupiah ditangan dan memberikan kepada pelanggan asing lalu baru kami dapat melanjutkan antrian, sambil kita berdua berkata "duh mao beli apa juga ya dengan uang 200 rupiah".

Kejadian ini ternyata mengajarkan saya beberapa hal. awalnya saya berpikir
1. Ini orang asing koq ngotot banget sich, 200 perak saja masih perhitungan.
2. Hebatnya orang Indonesia betapa sifat gotong royong kita, ditengah kesulitan ada orang-orang yang membantu, bahkan saya tidak tahu si pelanggan lokal itu dari mana dia "meminta" uang 200 rupiah pada saat dia keluar.
awalnya saya hanya terpikir hal ini, cuma saya penasaran kenapa si orang asing tersebut bolak balik bilang "it is not my problem, it is your problem". Lama-lama setelah dicerna ada benarnya juga, sebenarnya mungkin bukan masalah uang 200 rupiah yang diributkan disini, akan tetapi masalah konsistensi dan komitmen kepada pelanggan yang membuat dia kelihatan keras kepala.
Saya pikir ada benarnya, karena 200 rupiah adalah hak pelanggan, dan apabila kasir tidak memiliki kembalian (yang sebenarnya juga tugas mereka untuk menyiapkan, bukan salah pelanggan) kenapa jadi kita yang harus menanggung. Kalo kita renungkan lebih dalam, kenapa kesalahan penjual tidak dibebankan saja kepenjual misalnya kembalikan saja 500 rupiah atau 1000 rupiah apabila tidak ada 200 rupiah, dengan begitu pihak penjual pasti akan lebih rapih dan menyiapkan kembalian karena jika tidak mereka akan terus merugi.

Semoga dapat menjadi bahan perenungan,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar